Ilustrasi Google Formulir (Gambar: Pribadi)
Jujur saja, saya mengenal aplikasi Google Formulir semenjak pandemi. Untuk mengikuti seminar web atau webinar, vendor webinar membagikan formulir untuk diisi. Formulir itu diisi jika kita gawai kita sudah tertanam akun Google.
Saat itu, saya hanya tahu cara mengisi saja. Baik mengisi formulir di laptop maupun mengisi formulir pada gawai yang saya miliki. Setelah klik tombol kirim, ada pemberitahuan dan ucapan terima kasih sudah mengirim data.
Pada bulan Agustus 2020 yang lalu, kami mendapat pelatihan cara membuat formulir sederhana dengan Google Formulir. Selama empat hari kami belajar cara membuat formulir dan mengunduh hasil ketika responden mengisi formulir dan mengembalikannya.
Setelah mengikuti kegiatan, saya menjadi tahu cara membuat formulir dengan Google Formulir. Meskipun belum semua siswa memiliki HP, saya segera mempraktikkan dan meminta beberapa peserta didik saya untuk mengisi formulir. Setelah formulir saya buat, link pun saya salin lalu saya bagikan kepada siswa yang memiliki hape. Saya pun berhasil mengaplikasikan pengetahuan yang saya dapat di kelas webinar
Tahu Saja Tidak Cukup
Setelah lama sekali tidak menggunakan formulir dari Google tersebut, beberapa waktu lalu saya mencoba membuat kuis. Setelah jadi, formulir itu saya sematkan di dalam blog. Anak-anak yang menerima link blog dapat membuka kuis dengan formulir tersebut. Karna bersifat latihan, mereka saya beri kesempatan untuk mengulang sehingga skor yang diperoleh lebih tinggi dari sebelumnya atau jika skor belum mencapai angka 7.
Tiba-tiba saya kaget. Ada anak yang "protes" salah satu kolomnya berubah. Isinya tidak sama dengan sebelumnya. Saya pun membuka formulir. Benar saja. Ada beberapa soal yang susunan jawabannya menjadi acak. Soal dengan jawaban pilihan ganda dan kotak centang berubah susunannya. Saya pun bingung. Ada apa ini?
Saya pun memeriksa tombol "bagikan". Setelan 'dibatasi' hanya orang yang ditambahkan yang dapat membuka dengan link ini, sudah saya ubah menjadi 'siapa saja yang memiliki link'. Dengan begitu, siapa saja di internet yang memiliki link ini dapat melihat.
Bagian soal yang "kacau" sudah saya betulkan. Tautan formulir saya bagikan. Tidak lupa saya katakan bahwa formulir sudah diperbaiki. Saya berharap masalah tidak muncul lagi. Namun, harapan itu tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian, muncul keluhan bahwa pilihan SD sudah tidak ada lagi, nomor urut absen juga menghilang.
Saya pun mengernyitkan kening. Keringat dingin mulai menetes. Rasa malu pun mulai menjalar. Setahu saya setelan sudah benar. Lalu, apa penyebab formulir menjadi berantakan? Pasti ada orang yang mengubahnya. Hanya, bagaimana dan mengapa ia bisa melakukan.
Saya kembali ke drive dan mengamati setelan "Dapatkan Link". O, ternyata setelah saya amati, setelan 'siapa saja yang memiliki link' terdapat deskripsi sapa saja di internet yang memiliki link ini dapat mengedit.
Memberi Password
Saya pun mencari-cari, setelan mana lagi yang harus saya perbaiki. Setelah cukup lama berselancar, akhirnya, saya menambahkan kata kunci. Kata kunci atau password saya tambahkan agar mereka yang memiliki password saja yang bisa membuka soal ini. Tentu saja mereka adalah peserta didik saya sendiri.
Saya masih mencari-cari jawaban agar formulir tidak bisa diubah oleh orang lain setelah dibagikan. Saya belum juga menemukan jawaban yang memuaskan. Memberi password adalah usaha yang dapat saya lakukan sementara ini. Aha, ternyata tahu saja tidak cukup, harus juga paham bagaimana menggunakan dan mengatur setelan lanjutan. Dasar saya guru tua.
