• Diksi 1

    Halaman SDN Mardiharjo Musi Rawas

  • Diksi 2

    SMP Terbuka TKB Batu Kucing Musi Rawas (Sekarang, Musi Rawas Utara)

  • Diksi 3

    Indahnya Negeriku

  • Diksi 4

    Dunia yang Kecil

  • Diksi 5

    Kota Kenangan

Belum Mengumpulkan Tugas (Cerpen)

 “Aku belum mengumpulkan tugas,” kata Jehan kepada Atika.

“Kenapa? Kalau aku sudah ngumpul kemarin. Awas, loh! Jika ditunda-tunda nanti pekerjaan kita menumpuk,” timpal Atika kepada sahabatnya itu.

“Sebenarnya sih sudah aku tulis. Catatan dan jawaban soal-soal kemarin sudah aku kerjakan. Tapi, aku tidak punya paket. Jadi, aku belum bisa mengirimkan tugasnya kepada Pak Antok.”Jehan menceritakan kesulitan yang dialaminya kepada Atika.

“Nggak punya paket ya beli, dong! Jangan-jangan paketmu habis buat Tik Tok-an,” tukas Atika.

“Ngawur, aku nggak pasang aplikasi Tik Tok lah. Lagi pula, untuk apa juga Tik Tok-an. Mamak aku sedang nggak punya duit. Bapak juga belum gajian. Kata bapakku, buruh bangunan itu gajiannya hari Sabtu. Warung lotek mamakku sedang sepi,” jelas Jehan memberikan alasan.

“Tolong, dong. Tanyakan ke Pak Antok, kalau ngirim tugas dengan hape teman boleh nggak?” pinta Jehan kepada Atika.

“Oh, gitu. Bentar, ya!” Atika pun segera menulis pesan di WA. Isinya menanyakan apakah tugas Jehan boleh dikirimkan dengan HP kepunyaannya.

~Boleh, Atika. Silakan foto dan kirimkan kepada saya. Jangan lupa, catatannya diberi nama~

“Nih, baca sendiri!” kata Atika kepada Jehan sambal menyodorkan HP-nya.

“Alhamdulillaah, aku pulang dulu ya, Tik. Sesudah mandi sore aku ke sini lagi ya?” ucap Jehan sambal berpamitan.

Atika mengangguk. Perlahan punggung Jehan menghilang di kejauhan. Atika masuk ke rumah. Setelah menyimpan hapenya ke dalam lemari, ia bergegas ke belakang rumah karena ibunya memanggil.

***

Setelah mandi sore, Jehan bermaksud ke rumah Atika. Setelah mengambil masker, ia pun segera bersepeda ke rumah Atika. Rumah mereka berdua sebenanrnya tidak terlalu jauh, namun bila ditempuh dengan bersepeda bisa menghemat waktu.

“Tiiiika, Atiiika …!” panggil Jehan di depan rumah Atika.

Lama tidak terdengar jawaban. Ia pun mengulangi memanggil sahabatnya itu.

“Tiiika, Atiiika …!”

Tida juga ada jawaban. Ia pun turun dari sepeda. Perlahan, ia mendekat ke pintu rumah Atika. Lalu dengan tangannya ia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

“Tok … tok … tok …! Assalaamu’alaikum!” terdengar bunyi pintu bergantian dengan salam dari Jehan.

Setelah dua kali mengetuk pintu, tiba-tiba muncul seorang perempuan paruh baya dari sebelah rumah Atyka.

“Atika dibawa ke Puskesmas, Nak. Kakinya tertusuk paku dekat kandang ayam belakang rumahnya tadi,” jelas perempuan seusia neneknya.

“Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’un, Atika! Terima kasih, Nek. Saya akan menyusul ke puskesmas!” seru Jehan.

Puskesmas itu tidak begitu jauh dari rumah Atika. Pusat Kesehatan Masyarakat itu masih satu kelurahan dengan tempat tinggal Atika. Jehan memacu sepedanya cepat-cepat. Ia ingin segera bertemu dengan sahabatnya.

“Semoga kaki Atika tidak parah,” batin Jehan.

Tidak lama kemudian, Jehan pun sampai di Puskesmas Mangunharjo. Setelah ia memarkirkan sepedanya di tempat parkir, ia pun segera ke ruang rawat inap. Ia sudah cukup hapal. Ibunya pernah dirawat di sini ketika melahirkan adiknya.

“Bu, boleh saya bertemu dengan pasien bernama Atika?” tanya Jehan kepada petugas.

“Adik ini, siapa?” tanya petugas pula.

“Saya temannya, Bu. Tadi ke rumahnya, ketuk-ketuk pintu tidak ada orang. Kata nenek sebelah rumah, Atika dirawat di sini karena kakinya luka,” jelas Jehan.

Akhirnya, dengan diantar petugas, Jehan menemui Atika.

“Maaf, Jehan. Aku tidak bisa menolongmu,” kata Atika lirih. Bibirnya terlihat seperti sedang menahan rasa sakit.

“Nggak papa kok, Tik. Maaf kan aku juga, telah merepotkan kamu. O ya, bagaimana lukanya, Bu De?” jawab Jehan seraya bertanya kepada ibu Atika.

“Tidak apa-apa, hanya perlu dibersihkan dan dibalut agar tidak infeksi. Kalau tidak demam, besok Atika sudah boleh pulang,” jelas ibu Atika.

“O ya, katanya mau ngirim tugas ke pak guru? Sini Bu De fotokan. Atika tadi siang menceritakan kesulitanmu.” Ibu Atika menawarkan diri untuk membantu mengirimkan tugas kepada gurunya.

“Terima kasih, Bu De, tidak usah. Besok lain kali saja. Yang penting, Atika sembuh dulu,” jawab Jehan dengan sopan.

“Nah, pulangah. Nanti orang tuamu cemas. Hari ini sudah sore. Doakan Atika cepat sembuh, ya?” kata ibu Atika memberi nasihat.

“Iya, Bu De. Saya pamit dulu. Atika, aku pulang dulu, ya. Semoga cepat sembuh, sabahabatku,” kata Jehan berpamitan.


Sumber: https://blogsusanto.com/belum-mengumpulkan-tugas/

Share:

#SeninBlogWalking 13 September 2021

#SeninBlogWalkingLagerunal


Setiap Senin, Legerunal menggelar #SeninBlogWalking, "berjalan-jalan" dan berkomentar pada tulisan yang dikirimkan ke Grup Whatsapp. Edisi 13 September 2021 menampilkan para penulis sebagai berikut:

3. Sumarjiyati

http://81-atik.blogspot.com/2021/09/berbagi-itu-indah.html

4. Sri Sundari

https://srisundaricaturutami.blogspot.com/2021/09/berbagi-itu-wajib.html

5. Ambu Tini, tulisan lama blm sempat diposting😁 

6. Muliadi 

7.  Aan : 

8. Wety

9. Herni Sunarya Banah 

10. Mister Beje 

13. Pak Iroen

14. Supadilah

15. Mazmo 

16. Ai Setiawati

17. Endahwin 
Apa itu Swasunting
Para penulis hrs tahu ini... 


Silakan pembaca berjalan-jalan dan meninggalkan komentar di sana. Semoga #SeninBW yang akan datang pengikutnya semakin banyak. Tidak menulis, kok. Setor tulisan lama pun, tidak mengapa.


Share:

Jus Jagung



 

Jus Jagung

Oleh Susanto

“Bu, hari Sabtu besok aku bawa jagung rebus sekalian blender ke sekolah, ya!” kata Manto kepada istrinya. Benar saja, pagi-pagi di hari Sabtu Manto sudah bersiap. Blender ia masukkan di dalam bagasi motor. Jagung pipil rebus dimasukkan ke wadah dan digantung di bawah setang motor. Sesampai di sekolah, Manto dengan ramah mengajak teman-temannya minum jus jagung manis, jagung dari daerah Curup, Rejang Lebong, Bengkulu.

Pada jam istirahat, Manto bergegas dari kelas menuju kantor guru. Ia akan membuat jus jagung manis seperti yang biasa ia lakukan di rumah. Setelah itu, ia akan bercerita tentang manfaat jus jagung seperti yang pernah ia baca di internet.

Sampai di kantor guru, Manto melihat rebusan jagung pipilan di dalam wadah masih utuh. Salah seorang guru sepuh meminta maaf. Ia mengatakan bahwa mereka berterima kasih atas oleh-oleh Manto. Namun, bukan menolak melainkan tidak terbiasa meminum jus jagung jadi tidak ada yang mencoba membuat. Mendengar itu, manfaat jagung manis di dalam kepala Manto yang akan ia ceritakan, ambyar.      

#pentigraf

Share:

Sang Robot Guru

Robot Guru

Oleh Susanto

Anak orang super kaya itu piatu. Ibunya meninggal arena kecelakaan tunggal. Seperti teman-temannya, ia pun belajar daring. Wabah Corona telah menutup pintu gerbang sekolahnya. Ayahnya khawatir, anaknya tidak belajar dengan baik karena tidak ada yang mengawasi. Sementara, pekerjaannya menuntutnya meninggalkan rumah. Agar ada yang menemani anakya belajar dan bebas dari risiko tertular virus, sang ayah menyewa robot canggih untuk mendampingi anaknya menuntut ilmu.

Sang anak bukan anak biasa. Ia anak yang cerdas. Apa yang diterangkan sang robot guru dengan mudah dipahami. Setiap kali berhasil menyelesaikan kuis sang Robot Guru selalu memuji.

"Ayah, beri aku ibu lagi atau temani aku belajar!" si anak orang super kaya merengek kepada ayahnya sambil memeluk perut ayahnya yang masih terbungkus jas dan dasi. Robot guru tidak pernah marah, bahkan selalu memuji setiap berhasil menyelesaikan tantangan. Akan tetapi, senyumnya kaku dan suaranya monoton datar. 


#dekonstruksi #pentigraf

https://susanto232426.gurusiana.id/article/2020/11/robot-guru-1034250

Share:

#KamisMenulis 9 September 2021

Para Penakluk Tantangan #KamisMenulis 9 September 2021

Admin kegiatan #KamisMenulis edisi tanggal 9 September 2021 telah mengundi beberapa tema. Tara ... tema yang kelar adalah antre. Kata antre menjadi tema sekaligus bagian dari judul karangan.

Info Grup WA Cakrawala Blogger Guru Nasional, diakses pada tanggal 10 September 2021 pukul 14.18 waktu Musi Rawas, Sumatera Selatan, anggota Lagerunal berjumlah 187. Bertambah satu dari jumlah pekan lalu. 

Yang berhasil menyetorkan naskah untuk kegiatan #KamisMenulis09092021 adalah:

LIST POSTINGAN #KamisMenulis :

1. Supadilah

2. Endahwin  Antre=Refreshing

3. E. Hasanah

4. Mister Beje 

5. Rosminiyati

6. D Sus 

7. Rizky Kurnia Rahman

8. Sumarjiyati

9. Mazmo 

10. Sriwati

11. Ambu Tini 

12. Muliadi

13. Pak Iroen

14. Ai Setiawati

15. Marinan.

16. Hariyanto

17. indrakeren

18. Suyati

Pekan lalu, hanya 17 tulisan yang memenuhi kriteria waktu penyetoran. Pekan ini, seperti jumlah anggota yang bertambah satu, banyaknya tulisan pun bertambah satu. Meskipun demikian, masih ada yang menyusul pada hari Jumat. Tidak mengapa, hanya tidak diikutkan dalam undian hadiah mingguan.

Tulisan Ibu Herny S.B. https://hernisbanah.blogspot.com/2021/09/belajar-sabar-dari-budaya-antre.html menjadi karya terakhir yang dikirimkan. Antre ya, bukan antri seperti lazimnya diucapkan dalam bahasa lisan.

Ragam Tulisan tentang Antre

Jika kita buka tautan di atas satu demi satu, tulisan minggu ini cukup beragam. Ada artikel, reportase, puisi, dan cerpen tiga paragraf asli tulisan peserta maupun dekonstruksi pentigraf rekan lain.

Beragam, menarik, dan sebagian kutipan kaliamt yang ada dalam tulisan itu menjadi bahan diskusi yang tidak menghakimi di grup. hasil diskusi menjadi tambahan pengetahuan untuk diterapkan pada tulisan selanjutnya.

Selamat kepada pemenang dan para penakluk rasa takut dan malas menulis.


Share:

Pentigraf (4)

 Si Jago

#dekonstruksi #pentigraf

Sudah tiga hari ayam jagoku hilang. Aku cari ke mana-mana tidak ketemu. Biasanya, setiap pagi dan sore, jika mulutku mengucapkan kurrrr..... ayam jago yang tidak kuberi nama itu berlari mendekat. Kok kok kok ... si Jago makan dengan lahap. Hingga kemarin si Jago belum pulang. Sayangnya, aku tidak bisa mencari. 

Sejak kemarin badanku meriang. Tugas daring dari Pak Guru kelas 6 pun belum kukerjakan. Mulutku pahit, aku tidak doyan makan. Namun, hari ini sudah mulai mendingan. Badan tidak lagi demam, lidah pun tidak terasa pahit lagi. Kepada ibuku aku minta digorengkan ayam. Sudah tiga hari aku tidak makan nasi, apalagi dengan lauk protein hewani.

Ibuku wanita yang baik sekali. Beliau membuatkan gulai ayam selain ayam goreng yang aku pesan. Alhamdulillah, sekarang aku sudah sembuh. Segera aku pergi ke kandang, mencari ayam jago kesayangan. Aku celingukan, mataku tidak menemukan ayam jagoku yang mirip Rambo ayam hebat milik Atuk Dalang. Ke mana si jago tidak kelihatan, hatiku bertanya-tanya. Kepada ibu aku pun bertanya, apakah si jago sudah kembali. Ibu menjawab, "Tuh, di kuali dan piring di meja makan."



Pernah dipublikasikan di: 

https://susanto232426.gurusiana.id/article/2020/11/si-jago-2984078?bima_access_status=valid


Share:

Pengikut Diksi

Beli Domain Banyak Discount

www.domainesia.com

Postingan Populer

Recent Posts

Theme Support

Butuh bantuan kami untuk upload atau kustomisasi Template blog ini? Hubungi Saya dapatkan detail kustomisasi tema yang Anda butuhkan.